Selasa, 28 Desember 2010

BIMBINGAN KONSELING

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah bimbingan adalah arti dari “guidance” (bahasa inggris). Kata “guidance” itu sendiri selain diartikan bimbingan atau bantuan juga diartikan: pimpinan, arahan, pedoman, petunjuk, dan kata “guidance” berasal dari kata dasar “(to) guide”; menuntut, mempedomani, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan.
Konseling berasal dari istilah Inggris “Counseling” yang kemudian di Indonesia menjadi “Konseling”. Konseling adalah suatu proses yang learning-oriented atau suatu proses yang berorientasikan belajar, yang dilaksanakan dalam suatu lingkungan sosial, antara seorang dengan seorang, dimana seorang konselor harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan psikologis, konselor berusaha membantu klien dengan metode yang sesuai atau cocok dengan kebutuhan klien tersebut dalam hubungannya dengan keseluruhan program, agar individu dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri.
Pada awal sejarah bimbingan dimulai permulaan abad ke-20 di Amerika dengan didirikannya suatu “Vocational Bureau” tahun 1908 oleh Frank Parson, yang untuk selanjutnya dikenal dengan nama ‘The Father of Guidance” yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara inteligensi dalam memilih pekerjaan yang tepat bagi dirinya.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan dalam masalah ini adalah:
1. Menjelaskan sejarah bimbingan dan konseling di Amerika dan di Indonesia.
2. Menjelaskan tentang adanya bimbingan dan konseling di Taman Kanak-kanak.
3. Menjelaskan tentang bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar.
4. Menjelaskan tenang bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama.
5. Menjelaskan tentang bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas.
6. Menjelaskan tentang bimbingan dan konseling diPerguruan Tinggi.

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui tentang bagaimana sejarah bimbingan dan konseling di Amerika dan di Indonesia serta penerapannya di berbagai dunia pendidikan seperti di Taman Kanak-kanak (TK), di Sekolah Dasar (SD), di Sekolah Menengah Pertama (SMP), di Sekolah Menengah Atas (SMA), dan di Perguruan Tinggi (PT).















BAB II
Sejarah Bimbingan Konseling di Amerika Serikat dan di Indonesia

A. Sejarah Bimbingan Konseling di Amerika Serikat
Program bimbingan dimulai permulaan abad ke-20 di Amerika, yang di tandai pendirian suatu “Vocational Bureau” tahun 1908 oleh Frank Parsons, tokoh yang memperkenalkan bimbingan pertama kali sehingga mendapat julukan “The Father Of Guidance”.
Menurut Arthur E. Tracler and Robert D. North, dalam bukunya yang berjudul: “Techniques of guidance”(1966) disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan di antaranya:
1. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 timbullah suatu gerakan kemanusiaan yang menitikberatkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya.
2. Agama. Para rohaniawan berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentangan yang secara terus menerus antara baik dan buruk.
3. Aliran kesehatan mental (Mental Hygiene), timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala tingkat penyakit jiwa, pengobatan dan cara pencegahannya.
4. Perubahan dalam masyarakat. Akibat dari perang dunia I dan II, pengangguran, depresi, perkembangan teknologi, wajib belajar, dan lain-lainnya.
5. Gerakan mengenal peserta didik sebagai individu. Gerakan ini berkaitan erat dengan gerakan test dan pengukuran.
Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Amerika Serikat sangat pesat pada awal tahun 1950. Dengan berdirinya APGA (American Personnel and Guidance Association) pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli 1983 APGA mengubah namanya menjadi AACD (American Association For Counselinf and Development). Kemudian, satu organisasi lainnya bergabung pula dengan AACD, yaitu Militery Education (MECA). Pada saat ini AACD merupakan organisasi professional bagi para konselor di Amerika Serikat, dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang tergabung di dalamnya.
Sejarah konseling dapat dikatakan belum lama terjadi. Peristiwa-peristiwa tertentu sebagai rangkaian dari sejarah konseling, secara kronologis dikemukakan oleh Henry Borrow, dalam bukunya yang berjudul : “Man in a World of Work”, (1964) sebagai berikut :
a. Periode Formatif
Pada peride formatif ini konseling mulai timbul ketika Jesse B, Davis tahun 1898 mulai bekerja sebagai konselor pada Central Hig School di Ditroit, Michigan. Ia dapat memberikan bantuan kepada para peserta didik yang menghadapi masalah pendidikan dan pekerjaan.
Pada tahun 1908 oleh Frank Person dibuka The Vocational Bureau (Biro Vokasional) di Boston, yang berperan sebagai Direktor dan Konselornya ialah Frank Person sendiri.
b. Perkembangan Kemudian
Tahun 1946 telah disahkannya Undang – Undang Penggunaan Dana Federal untuk bimbingan Vocational ( Federal Funds for Vocation Guidance ), dibawah pemerintahan George – Deen Undang – Undang 1938 dan George – Barden Undang- undang 1946.
Tahun 1957 oleh Kongres telah disetujui Undang – Undang Pendidikan Pertahanan Nasional ( The National Defense Education Act ), untuk memperkokoh program bimbingan di sekolah dan konselor sekolah.
Tahun 1964, Undang–Undang sebelumnya diperbaiki dengan menyertakan sekolah dasar dalam program bimbingan berdasarkan amandemen dari kongres. Perbaikan ini disetujui mempunyai latar belakang yang cukup kokoh berkat laporan dan rekomendasi dari The Commisiun on Guidance in American Schools ( 1962 ) dan laporan yang ditulis oleh C. Gilbert Wrenn, yang berjudul “The conselor in a Changging World”, yang berisikan tentang prospek dan status dari konseling yang cukup cerah di masa mendatang.
c. Perkembangan Selanjutnya
Dalam periode 1960 - 1970 perhatian di fokuskan pada kejelasan peranan dan fungsi konseling, penggunaan pendekatan kelompok, penggunaan komputer dalam informasi karier, dan penggunaan teknik modifikasi tingkah laku. Permulaan tahun 1970 banyak konselor sekolah melibatkan diri dalam konseling karier dan konseling vocational.

B. Sejarah Bimbingan Konseling di Indonesia
Berikut ini akan dibahas mengenai perkembangan usaha bimbingan dalam pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan.
1. Sebelum kemerdekaan
Rakyat Indonesia yang cinta akan nasionalisme dan kemerdekaan berusaha untuk memperjuangkan kemandirian bangsa Indonesia melalui pendidikan, salah satu di antaranya adalah Taman Siswa yang di pelopori oleh Ki Hajar Dewantara. Lebih dari satu falsafah dasarnya yang terkenal yaitu : “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani,” mengandung makna yang sangat mendalam dilihat dari sudut pendidikan.
2. Dekade 40-an: Perjuangan
Dalam bidang Pendidikan, pada dekade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Setelah itu, pendidikan mulai ditata oleh Mentri PPK pertama yaitu K.H. Dewantara.
3. Dekade 50-an: Perjuangan
Dalam bidang pendidikan pada dasarnya juga menghadapi tantangan yang amat besar, yaitu bagaimana memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan. Upaya membantu siswa dalam mencapai prestasi lebih banyak dilakukan oleh para guru di kelas atau di luar.
4. Dekade 60-an : Perintisan
Beberapa peristiwa yang penting dalam bidang pendidikan diantaranya :
a. Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional .
b. Lahirnya kurikulum SMA Gaya Baru 1964, dengan keharusan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
c. Lahirnya kurikulum 1968.
d. Kelahiran IKIP sebagai perpaduan dari IPG dan FKIP berdasarkan keputusan presiden No. 1 / 1963.
e. Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963.
5. Dekade 70-an : Penataan
Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada pemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
a. Pemerataan kesempatan belajar
b. Mutu
c. Relevansi
d. Efiseansi
6. Dekade 80-an: Pemantapan
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini antara lain:
a. Penyempurnaan kurikulum (dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984).
b. Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru (sipenmaru) baik melalui PMDK maupun Ujian Tulis.
c. Profesionalisasi tenaga kependidikan dalam berbagai tingkatdan jenis (antara lain dengan akta mengajar).
d. Penataan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta (misalnya dengan PP5/1980, NKK, wawasan almamater, dan sebagainya).
e. Pelaksanaan wajib belajar.
f. Pembukaan Universitas Terbuka sebagai sarana perluasan kesempatan belajar.
g. Lahirnya Undang-Undang Pendidikan Nasional (UUPN).
Usaha memantapkan bimbingan terus dilanjutkan dengan diberlakukannya UU No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan /atau latihan bagi peranannya pada masa yang akan datang.
Beberapa upaya yang dilaksanakan antara lain:
a. Upaya penerangan bimbingan terpadu dalam pengelolaan dan layanan.
b. Penekanan layanan bimbingan karier dalam keseluruhan layanan bimbingan baik di sekolah maupun di luar sekolah.
c. Penyempurnaan sistem penataran para petugas di lapangan.
d. Penyempurnaan kurikulum jiwa bimbingan konseling yang lebih mengarah kepada pencapaian kompetensi professional.
e. Penataan dan peningkatan Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) sebagai wadah organisasi para petugas bimbingan melalui penataan ke dalam dan kerja sama baik vertikal maupun horizontal baik nasional maupun internasional.
f. Penyelenggaraan seminar dan lokakarya yang lebih professional baik tingkat nasional maupun internasional..
Penataan bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No.84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya, pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi pengakuan dan kepercayaan publik.









BAB III
Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling pada Anak Usia Dini
Shertzer dan Stone (1971: 40), mengartikan bimbingan sebagai “a process of helping an individual to understand himself and his world ” artinya proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Selanjutnya, Sunaryo (1998:3) mengartikan bimbingan sebagai “proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimai”.
Menurut Crow and Crow (M. Surya, 1988:45) bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya, mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling pada anak usia dini dilakukan untuk membantu mereka untuk dapat:
a. Lebih mengenal dirinya, kemampuannya, sifatnya, kebiasaannya, dan kesenangannya,
b. Mengembangkan potensi yang dimilikinya,
c. Mengatasi kesulitan yang dihadapinya,
d. Menyiapkan perkembangan mental dan sosial untuk masuk kelembaga pendidikan selanjutnya.
Ditinjau dari sudut orang tua kegiatan bimbingan dan konseling pada anak usia dini dilakukan untuk:
a. Membantu orang tua agar mengerti, memahami dan menerima anak sebagai individu,
b. Membantu orang tua dalam mengatasi gangguan emosi pada anak yang ada hubungannya dengan situasi keluarga dirumah,
c. Membantu orang tua mengambil keputusan dalam memilih sekolah bagi anaknya sesuai dengan taraf kemampuan kecerdasan, fisik dan indranya.
d. Memberikan informasi kepada orang tua untuk memecahkan masalah kesehatan anak.

Prinsif-prinsif Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini
a. Bimbingan merupakan bagian penting dari proses pendidikan
b. Bimbingan diberikan kepada semua anak dan bukan hanya untuk anak yang menghadapi masalah
c. Bimbingan merupakan proses yang menyatu dalam semua kegiatan pendidikan
d. Bimbingan harus berpusat pada anak yang dibimbing
e. Kegiatan bimbingan ,mencakup seluruh kemampuan perkembangan anak yang meliputi kemampuan fisik-motorik, kecerdasan, social maupun emosional
f. Bimbingan harus dimulai dengan mengenal (mengidentifikasi) kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan anak
g. Bimbingan harus fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan anak
h. Dalam menyampaikan pemasalahan anak kepada orang tua hendaknya menciptakan situasi aman dan menyenangkan, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi yang wajar dan terhindar dari kesalahpahaman
i. Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan hendaknya orang tua diikutsertakan agar mereka dapat mengikuti perkembangan dan memberikan bantuan kepada anaknya dirumah
j. Bimbingan dilakukan seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki guru atau pendamping sebagai pelaksana bimbingan, bilamana masalah yang terjadi perlu ditindak lanjuti, maka guru pembimbing harus mengonsultasikan kepada kepala sekolah dan tenaga ahli
k. Bimbingan harus diberikan secara berkelanjutan

Fungsi Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini
a. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu usaha bimbingan yang dilakukan guru atau pendamping untuk menghasilkan pemahaman yang menyeluruh tentang aspek-aspek sebagai berikut:
1) Pemahaman diri anak didik terutama oleh orang tua dan guru,
2) Hambatan atau masalah yang dihadapi anak,
3) Lingkungan anak yang mencakup keluarga dan tempat belajar,
4) Lingkungan yang lebih luas diluar rumah dan diluar tempat belajar,
5) Cara-cara penyesuaian dan pengembangan diri.
b. Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan tercegahnya anak dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangan.
c. Fungsi perbaikan
Fungsi perbaikan adalah usaha bimbingan yang menghasilkan terpecahnya berbagai permasalahan yang dialami oleh anak didik.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Ruang lingkup bimbingan untuk Anak Usia Dini
a. Bimbingan Pribadi dan Sosial
Bimbingan ini dapat membantu anak dalam memecahkan masalah-masalah pribadi sosial.
b. Bimbingan Belajar
Tujuan dan tugas pengembangan pendidikan melalui kegiatan bermain sambil belajar yang mencakup pengembangan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku.
c. Bimbingan karir
Bimbingan yang membantu anak dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi secara sederhana.

B. Ciri Bimbingan dan Konseling Untuk Anak Usia Dini
Menurut Syaodih, E(2004) ada beberapa ciri bimbingan dan konseling bagi anak usia dini yang dapat dijadikan rujukan bagi guru atau pendamping, yaitu:
1. Proses Bimbingan dan Konseling Harus Disesuaikan dengan Pola Pikir dan Pemahaman Anak
Pelaksanaan bimbingan dan konseling bagi anak usia dini relatif cukup sulit untuk dilaksanakan. Kondisi ini terjadi bukan disebabkan karna berbedanya langkah-langkah bimbingan, tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan karakteristik anak yang dibimbing.
2. Pelaksanaan Bimbingan Terintegrasi Dengan Pembelajaran
Pelaksanaan bimbingan konseling dilaksanakan secara bersama-sama dengan pelakasanaan pembelajaran, artinya guru atau pendamping pada saat akan merencanakan kegiatan pembelajaran harus juga memikirkan bagaimana perencanaan bimbingannya.
3. Waktu pelaksanaan bimbingan sangat terbatas
Interaksi guru atau pendamping dengan anak relatif tidak lama, rata-rata pertemuan dalam sehari hanya 2,5-3 jam.
4. Pelaksanaan bimbingan dilaksanakan dalam nuansa bermain
Bermain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia anak dan bahkan dapat dikatakan tiada hari tanpa bermain. Bermain bagi anak merupakan suatu aktivitas tersendiri yang sangat menyenangkan yang mungkin tidak bisa dirasakan atau dibayangkan oleh orang dewasa.
5. Adanya keterlibatan teman sebaya
Keterlibatan teman sebaya perlu dipertimbangkan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling karena melalui teman sebaya upaya mengatasi masalah khuisusnya masalah sosial emosi dapat dipandang sebagai cara yang tepat untuk mengatasi masalah yang dialami anak.
6. Adanya keterlibatan orang tua
Ketika anak sedang belajar di PAUD guru atau pendamping berperan sebagai penganti orang tua. Mengingat permasalahan yang dihadapi anak maka peran orang tua dalam membantu tumbuh kembang anak merupakan suatu hal yang sangat penting.
7. Ruang Lingkup Layanan Bimbingan
Bimbingan bagi anak usia dini terdiri atas 5 bentuk layanan, yaitu :



a) Layanan pengumpulan data
Layanan pengumpulan data dimaksudkan untuk menjaring informasi-informasi yang diperlukan guru atau pendamping anak usia dini dalam memahami karakteristik, kemampuan dan permasalahan yang mungkin dialami anak.
b) Layanan informasi
Layanan informasi dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan pemahaman baik untuk anak maupun bagi orang tua. Untuk anak usia dini yang relatif masih usia muda, masih sangat sedikit informasi atau pengetahuan yang diketahui dan dipahami anak.
c) Layana Konseling
Proses konseling pada anak usia dini berbeda dengan konseling yang dilakukan pada remaja atau orang dewasa. Layanan konseling dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah seperti yang diungkapkan dalam uraian terdahulu yaitu melakukan :
(1) Identifikasi masalah
(2) Diagnosis
(3) Prognosis
(4) Treatment, dan
(5) Evaluasi tindak lanjut
d) Layanan penempatan
Layanan penempatan, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan anak memperoleh penempatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan potensinya.
e) Layanan evaluasi dan tindak lanjut
Layanan evaluasi dan tindak lanjut merupakan layanan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penanganan yang telah dilakukan guru atau pendamping.

C. Syarat-Syarat Program Layanan
Menurut Syaodih (2004) dalam menyusun suatu program bimbingan dan konseling pada anak usia dini, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu :


1. Prinsip dasar bimbingan dan konseling anak usia dini
Pelaksanaan bimbingan konseling pada anaka usia dini tidak mengunakan waktu dan ruang tersendiri seperti halnya bimbingan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Nuansa bermain menjadi bagian dari pelaksanaan bimbingan karena dunia anak adalah dunia bermain.
a. Esensi bimbingan dan konseling
Dalam pelakasanaannya, bimbingan juga diarahkan untuk membantu orang tua agar memiliki pemahaman dan motivasi untuk turut mengembangkan kemampuan anak karena kelekatan anak usia dini terhadap orang tua relative masih tinggi.
b. Orientasi bimbingan dan konseling
Masa ini sering disebut sebagai masa “Golden Age” atau masa keemasan karena pada masa ini anak sangat peka untuk mendapatkan rangsangan-rangsangan.
c. Konsep yang mendasari pelaksanaan bimbingan dan konseling
Pelaksanaan bimbingan konseling pada anak usia dini pada dasarnya berangkat dari pemahaman tentang pengembangan anak bahwa setiap anak memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda.
d. Bentuk layanan bimbingan dan konseling
Istilah bentuk layanan bimbingan menunjuk pada jumlah anak pada saat guru atau pendamping melakukan bimbingan. Bentuk layanan bimbingan dapat dilakukan secara individual atau kelompok.
e. Setting layanan bimbingan konseling
Pada anak usia dini dapat menggunakan seting individual, kelompok dan klasikal. Setting ini digunakan sangat tergantung dari kebutuhan layanan bimbingan.
2. Penyusunan Program
Menurut Miller (Rochman Natawidjaja, 1998) program bimbingan yang baik, yaitu program yang apabila dilaksanakan akan efesien dan efektif. Program tersebut memiliki ciri, seperti :
a. Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa disekolah yang bersangkutan
b. Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas
c. Program dikembangkan berangsur-angsur, dengan melibatkan semua tenaga pendukung disekolah dalam merencanakannya
d. Program itu memiliki tujuan yang ideal, tetapi realistis dalam pelaksanaanya.
e. Program itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota staf pelaksanaannya
f. Menyediakan fasilitas yang diperlukan
g. Penyusunannya disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan di sekolah yang bersangkutan
h. Memberikan kemungkinan pelayanaan kepada semua siswa
i. Memperlihatkan peran yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat
j. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuann dari siswa yang dibimbing serta mengenai kemajuan pengetahuan, keterampilan dan sikap para petugas pelaksanaannya
k. Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan.
3. Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program dibagi dua bahasan, yaitu :
a. Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang berorientasi kepada semua anak.
b. Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang berorientasi kepada masalah yang dihadapi anak.







BAB IV

Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar


A. Karakteristik Siswa di SD
Siswa SD adalah mereka yang berusia sekitar 6-13 tahun yang sedang menjalani tahap perkembangan masa anak-anak dan memasuki masa remaja awal. Tugas-tugas perkembangan yang hendak dicapai oleh siswa SD adalah:
1. Menanamkan serta mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
3. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
4. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
5. Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
6. Mempelajari keterampilan fisik sederahan yang diperlukan, baikuntuk permainan maupun kehidupan.
7. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8. Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan.
9. Belajar menjalankan peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya.
10. Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial.
11. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.

B. Asas Bimbingan yang Diutamakan
1. Asas Perbedaan Individu
Pada usia peserta didik yang sama, mungkin terdapat seseorang yang lambat pertumbuhan fisiknya tetapi cepat perkembangan mentalnya sedang yang lain mungkin sebaliknya.
2. Asas Dorongan untuk menjadi Matang
Setiap individu normal usia Sekolah Dasar terdapat semacam pendorong dari dalam diri mereka sendiri untuk berbuat dan bertindak maju. Mereka menunjukan keaktifan dengan kesukaan melakukan penyelidikan dan umumnya suka menciptakan hasil-hasil yang dibaginya di antara teman-teman seusianya.
3. Asas Masalah dan Dorongan Menyelenggarakan Masalah
Ada dua kutub yang dapat menimbulkan pokok permasalahan pada usia Sekolah Dasar. Kutub pertama adalah adanya tuntutan akan kasih sayang dan perhatian, serta dorongan kuat individu untuk mendapatkan kebebasan dan berinisiatif dalam belajar. Kutub kedua adalah adanya tuntutan akan tanggung jawab dan disiplin individu dalam belajar dan bertingkah laku sebagai harapan sekolah.

C. Tujuan Bimbingan Sekolah Dasar
Tujuan utama bimbingan di Sekolah Dasar adalah membantu anak agar dapat mencapai kemajuan belajar optimal dalam kelas khususnya, dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian dalam kehidupan sekolah. Secara rinci, bimbingan membantu anak agar anak dapat:
1. Menguasai bahan belajar tuntutan kurikulum,
2. Membuat pilihan dan menentukan bahan belajar yang cocok,
3. Memiliki sikap pandangan belajar yang mendukung,
4. Mempunyai pola laku belajar yang mendukung,
5. Memilih teman bergaul, dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang serasi,
6. Mengadakan penyesuaian hidup berkelompok yang menunjang belajar,
7. Memecahkan masalah-masalah belajar yang dihadapinya.

D. Bidang Bimbingan dan Konseling di SD
Pelayanan bimbingan dan konseling di SD mengacu pada perkembangan siswa SD yang tengah beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas dan belajar bersosialisasi dengan mengenal berbagai aturan, nilai, dan norma-norma. Materi bimbingan dan konseling di SD termuat ada empat bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier.



E. Jenis-Jenis Layana Bimbingan dan Konseling di SD
Layanan orientasi di SD ditunjukan untuk siswa baru guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki. Fungsi utama layanan orientasi yaitu fungsi pemahaman dan pencegahan.
Layanan informasi bertujuan untuk membekali siswa dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentanng berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembangkan pola hidup sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Fungsi utama layanan informasi adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Layanan penempaten dan penyaluran memungkinkan siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan posisi duduk dalam kelas, kelompok belajar, kegiatan ekstrakurikuler, program latihan, serta kegiatan-kegiatan sesuai dengan kondisi fisik dan psikisnya. Fungsi utamanya adalah pencegahan dan perkembangan/pemeliharaan.
Layanan pembelajaran dimaksud untuk memungkinkan siswa memahami serta mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya. Fungsi utamanya yaitu pemeliharaan dan pengembangan.
Layanan konseling perorangan memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru kelas atau pembimbing dalam pembahasan dan pengentasan permasalahannya. Fungsi utamanya adalah fungsi pengentasan.
Layanan bimbingan kelompok dimaksud untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga, maupun masyarakat. Fungsi utamanya adalah fungsi pemahaman dan pengembangan.
Layanan bimbingan kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Fungsi utamanya adalah fungsi pengentasan.



F. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Ada enam aspek yang berkaitan dengan program bimbingan da konseling di sekolah dasar, yaitu:
1. Sebagai penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana terurai dalam UUSPN Nomor 2 Tahun 1989, Pasal 4, dalam PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar berkenaan dengan tujuan institusional diterapkan bahwa: ‘pendidikan dasar memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat, warga Negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa mengikuti pendidikan menengah.
2. Kebutuhan pada anak sekolah, yang terutama berkisar pada kebutuhan mandapatkan kasih sayang dan perhatian.
3. Pola dasar bimbingan yang dipegang adalah pola generalisasi. Ini berarti semua tenaga pendidi lazimnya terdapat di jenjang pendidikan dasar.
4. Komponen bimbingan yang diprioritaskan adalah pengumpulan data, pemberian informasi, dan konsultasi.
5. Bentuk bimbingan yang kerap digunakan adalah bimbingan kelompok. Sifat bimbingan yang mencolok adalah sifat preventif dan perseveratif.
6. Tenaga yang memegang peranan kunci adalah guru kelas, yang mengumpulkan data tentang siswa dan menyisipkan banyak materi informasi dan pengajaran.
Program bimbingan di sekolah dasar hanya akan efesian dan efektif bila terdapat kerjasama yang erat antara kepala sekolah, para guru kelas, coordinator, dan konsultan ahli.






BAB V
Bimbingan dan Konseling
di Sekolah Menengah Pertama

A. Bimbingan dan Konseling Pada Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan pendidikan formal yang mempunyai tuntutan lebih besar dibanding tuntutan sekolah dasar. Tujuan institusionalnya lebih luas, kondisi lingkungan sekolah lebih kompleks.
Anak (peserta didik), pada satu pihak memiliki sifat-sifat yang kurang mendukung bagi pemenuhan tuntutan dan kondisi di atas, individu yang mulai memasuki masa pubertas dan remaja awalnya. Ch. Buhler menemukakan bahwa periode transisi , di mana dunia anak (individu usia SMP) mengalami kegoncangan. ada dua macam perkembangan pada periode ini, perkembangan yang mengakibatkan adanya dorongan untuk lolos dari dominas keluarga dan perkembangan yang menimbulkan matangnya fungsi seks. Dua macam perkembangan itu menimbulkan masalah yang kerap berkembang serius menjadi kesulitan. Di samping, tentu saja anak dilengkapi dengan kondisi individu dan psikologis yang mendukung perkembangan kearah kemudahan penyelesaian masalah-masalahnya.
Bimbingan pada SMP amat perlu mempunyai strategi dasar yang kuat sebagai titik tolak untuk pelaksanaan pelayanannya. Hanya dengan kondisi standar dan strategi dasar kuatlah bimbingan pada SMP dapat benar-benar memenuhi peranan membantu murid mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran dalam taraf ini.
B. Asas Bimbingan yang Diperhatikan
Asas bimbingan yang perlu diperhatikan dalam bimbingan di SMTP antara lain :
1. Asas Masalah dan Dorongan Menyelesaikan Masalah. Usia pada masa remaja ini merupakan usia banyak masalah, hal ini selaras dengan ciri khas periode pubertas.
2. Asas Keinginan Menjadi Dirinya Sendiri. Setiap individu menginginkan menjadi dirinya sendiri. Pada masa ini disebut dengan masa pencarian ”Identitas Diri”.
3. Asas Kebutuhan. Karl C. Garrison ada 7 antara lain : kebutuhan sayang, kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima kelompok, kebutuhan untuk berdiri sendiri, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan pengakuan orang lain, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan memperoleh falsafah hidup.
4. Asas Perbedaan individual. Penting pula diperhatikan dalam membimbing pubertas dan remaja dalam SMP.
5. Asas Dorongan untuk Menjadi Matang. Bahwa setiap individu usia SMP mempunyai dorongan-dorongan untuk menjadi matang jiwa, fisik dan sosial.
Dengan kata lain, semua asas bimbingan perlu diperhatikan dalam melaksanakan bimbingan kepada individu usia SMP. Semuanya perlu diperhtaikan dan diterapkan dalam membimbing individu yang berada pada masa pubertas dan remaja awal.

C. Tujuan Bimbingan dan Konseling di SMP
Secara umum, tujuan bimbingan di SMP adalah membantu peserta didik agar ia mampu mengatasi kesulitan-kesulitan, memecahkan masalah yang dihadapi, dan mengarahkan pada diri secara cermat. Seperti tercantum dalam kurikulum SMP 1975, bimbingan di SMP bertujuan agar setelah mendapat pelayanan, siswa-siswi SMP dapat mempergunakan kemampuannya untuk :
1. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri
2. Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya yang meliputi sekolah, keluarga, dan kehidupan masyarakat yang lebih luas.
3. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
4. Mengatasi kesulitan dalam enyalurkan kemampuan, minat dan bakat dalam bidang pendidikan dan kemungkinan pekerjaan secara cepat.
Menurut Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd (2006:43-44) menyebutkan bahwa secara khusus, layanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu para siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya, yaitu :
1. Mengembangkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengembangkan hubungan sosial yang mantap denganteman sebaya, baik pria maupun wanita, yaitu bekerja sama dalam kelompok, menerima teman dari lawan jenis yang berbeda, dan tidak memaksakan kehendak pada kelompoknya.
3. Mengembangkan peran sosial sebagai pria untuk siswa pria atau peran perempuan untuk siswa perempuan dengan norma masyarakat, yaitu mengetahui, memahami, menerima, mau dan mampu mengerjakan peran sosial pria atau wanita sesuai norma masyarakat.
4. Menerima keadaan diri dan menerapkannya secara efektif, yaitu menerima keadaan fisik, bakat, memelihara fisik, mengembangkan bakat, serta menghargai keadaan dirinya (self-esteem),
5. Memiliki sikap dan perilaku emosional yang mantap, yaitu tidak cepat putus asa, tidak manja, berani mengambil risiko, menyayangi orang tua setulus hati, dan menghormati guru secara ikhlas,
6. Mempersiapkan ke arah kemandirian ekonomi, yaitu penuh perhitungan dalam membeli sesuatu, berusaha untuk menabung, membantu pekerjaan orang tua, berusaha agar studi tepat pada waktunya, memilih kegiatan ekstrakurikuler yang nantinya dapat menghasilkan nafkah,
7. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, yaitu mampu memilih jurusan yang sesuai dengan cita-cita pekerjaannya, mampu memilih kegiatan ekstrakurikuler yang akan mendukung terhadap cita-cita pekerjaannya, memahami program studi yang ada di perguruan tinggi yang sesuai dengan cita-cita pekerjaannya, memahami jenis kursus yang mendukung cita-cita pekerjaannya, serta memahami syarat-syarat yang diperlukan untuk pekerjaan yang dicita-citakannya.
8. Memiliki keterampilan intelektual dan memahami konsep-konsep yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang baik, yaitu mampu membuat pilihan secara sehat, membuat keputusan secara efektif, dapat menyelesaikan konflik atau masalah, memahami konsep hukum, ekonomi, politik yang berlaku di negaranya,
9. Memiliki sikap dan perilaku sosial yang bertanggung jawab, yaitu berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan masyarakat, menolong teman yang memerlukan bantuan, menyantuni fakir miskin, dan menengok teman yang sakit, serta
10. Memahami nilai-nilai dan etika hidup bermasyarakat, yaitu sopan santun dalam bergaul, jujur dalam bertindak, dan menghargai perasaan orang lain.

D. Bidang Isi Bimbingan
Bidang isi bimbingan dirumuskan ke dalam tiga komponen utama, antara lain :
1. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah layanan pembagian yang bertujuan membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan meningkatkan keterampilan-keterampilan hidupnya. Isi layanan dasar bimbingan adalah sebagai berikut.
a) Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b) Kerja sama dalam kelompok
c) Peranan sosial laki-laki dan perempuan
d) Penerimaan keadaan diri dan penggunaannya secara efektif
e) Pengembangan sikap dan perilaku emocional yang mantap
f) Persiapan diri ke arah kemandirian ekonomi
g) Pemilihan dan persapan kerja
h) Pengembangan sikap positif terhadap perkawinan dan kehidupan berkeluarga
i) Pengembangan keterampilan intelektual dan pemahaman konsep-konsep yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang baik
j) Pengembangan sikap dan perilaku sosial yang bertanggung jawab
k) Pemahaman nilai-nilai dan etika hidup bermasyarakat.
2. Layanan Responsif
Layanan Resporensif adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif, atau mungkin kuratif. Isi layanan responsif adalah sebagai berikut.
a. Bidang pendidikan
Topik-topiknya adalah pemilihan program studi di SLTA yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan, dan pemilihan lanjutan di perguruan tinggi.
b. Bidang belajar
Topik-topiknya adalah cara belajar efektif dan cara mengatasi kesulitan belajar.
c. Bidang Sosial
Topik-topiknya adalah cara memilih teman yang baik, cara memelihara persahabatan yang baik, dan cara mengatasi konflik dengan teman.
d. Bidang Pribadi
Topik-topiknya adalah pembentukan identitas karier, pengenalan karakteristik dan lingkungan pekerjaan, dan pembentukan pola karier.
e. Bidang Disiplin
Topik-topiknya adalah pengenalan tata tertib sekolah dan pengembangan sikap serta perilaku disiplin.
f. Bidang Narkotika
Topik-topiknya adala pengenalan bahaya penggunaan narkotika dan pencegahan terhadap bahaya narkotika.
g. Bidang Perilaku Seksual
Topik-topiknya adalah pengenalan bahaya perilaku seks bebas, cara berpacaran yang baik, serta pencegahan perilaku seks bebas.

E. Layanan Perencanaan Individual
Tujuan utama dari layanan ini adalah membantu siswa belajar memantau dan memahami perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencana hidupnya atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya itu. Isi layanan perencanaan individual ini adalah sebagai berikut.
a. Bidang Pendidikan
Topik-topiknya adalah perencanaan belajar dan perencanaan studi lanjutan.
b. Bidang Karier
Topik-topiknya adalah perencanaan pekerjaan, perencanaan jabatan, perencanaan kunjungan ke perusahaan-perusahaan, dan perencanaan waktu luang untuk kegiatan produktif.
c. Bidang Sosial Pribadi
Topik-topiknya adalah perencanaan pengembangan konsep diri yang positif, serta perencanaan pengembangan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat.
Pihak-pihak yang terlibat dalam Program Bimbingan dan Konseling
Pihak yang terlibat antara lain Konselor, guru, administrator/kepala sekolah, orang tua siswa, siswa, anggota masyarakat, pengusaha, dan karyawan perusahaan semuanya berperan sebagai nara sumber dalam program bimbingan.
Konselor bertugas memberikan berbagai layanan dan mengkoordinasikan program bimbingan, bekerja sama, serta mendukung para guru dan administrator sekolah agar program bimbingan tersebut berhasil.
Adapun orang tua siswa, anggota masyarakat, pengusaha, dan karyawan perusahaan dilibatkan dalam program bimbingan. Mereka masuk dalam komite/dewan penasihat masyarakat sekolah yang bertugas memberikan rekomendasi, serta layanan dukungan terhadap konselor dan orang-orang yang terlibatdalam program bimbingan.
Keterlibatan staf pengajar/guru adalah sangat penting. Oleh karena itu, guru harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan implementasi program. Konselor dan guru harus bekerja sama dalam merencanakan pelaksanaan program bimbingan.
Program bimbingan di sekolah lanjutan tingkat pertama hanya akan efisien dan efektif, bila program itu dapat dukungan penuh dari pimpinan sekolah dan jajaran tenaga pengajar, serta terdapat kerja sama yang erat antara koordinator bimbingan dengan seluruh staf bimbingan. Mengenai pengelola pelayanan bimbingan teruraikan pula dalam buku Kurikulum SLTP, Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, Jakarta, 1994.










BAB VI
Bimbingan dan Konseling
di Sekolah Menengah Atas

A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Bimbingan dan Konseling Dalam Kurikulum 2004
a. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagamaan.
b. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa yang terbaik secara individual dan klasikal.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, melainkan juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsure edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dari hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian kompetensi.
Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang menyangkut ketercapaian kompetensi pribadi, sosial, belajar dan karir.
Tugas-tugas perkembangan itu adalah sebagai berikut:
a. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai pria dan wanita.
c. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat.
d. Mengembangkan penguasaan ilmu, tekhnologi, dan seni dalam program kurikulum, persiapan karir, dan melanjutkan yang pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
e. Mencapai kematangan dalam pemilihan karir.
f. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.
g. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
h. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

2. Pengertian dan Tujuan Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling perkembangan di SMA sebagai upaya pemberi bantuan kepada individu (serdik) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan ketentuan dan keadaan lingkungan SMA, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.
Tujuan bimbingan dan konseling membantu individu dalam mencapai:
a. Kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan.
b. Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat.
c. Hidup bersama dengan individu-individu lain.
d. Harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.

3. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling
Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di SMA perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Karena bimbingan da konseling itu berhubungan dengan sikap dan perilaku individu.
b. Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individu orang-orang yang akan dibimbing.
c. Bimbingan merupakan suatu proses membantu individu agar dapat membantu dirinya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
d. Bimbingan hendaknya bertitik tolak pada individu yang dibimbing.
e. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh guru pembimbing di SMA, harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang memecahkannya.
f. Bimbingan harus luwes dan fleksibel, sesuai dengan kebutuhan individu yang dibimbing dan masyarakat.
g. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing.
h. Program bimbingan di SMA harus sesuai dengan program di SMA yang bersangkutan.
i. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan dapat merupakan sumber-sumber yang relevan yang berada diluar SMA.
j. Program bimbingan harus selalu diadakan penilaian secara berkala untuk mengetahui sampai diman hasil yang dicapai untuk mengetahui apakah program itu sesuai dengan yang telah direncanakan.

4. Bidang Bimbingan dan Konseling
a. Bimbinngan belajar
Bimbingan belajar membantu peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar, dan tergolong masalah-masalah belajar. Bimbingan belajar sebagai upaya pemberi bantuan dari guru pembimbing kepada peserta didik dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif, agar terhindar dari kesulitan belajar.
b. Bimbingan sosial-pribadi
Bimbingan sosial pribadi membantu para peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi. Bimbingan sosial-pribadi sebagi upaya memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menangani masalah-masalah sosial-pribadi.
c. Bimbingan karir
Bimbingan karir sebagai upaya membantu peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkan.

5. Sifat dan Fungsi Bimbingan Konseling
a. Sifat Bimbingan dan Konseling
1) Pencegahan.
2) Penyembuhan
3) Perbaikan
4) Pemeliharaan
5) Pengembangan.
b. Fungsi Bimbingan
1) Pemahaman.
2) Penyaluran
3) Adaptasi
4) Penyesuaian
Sesuai dengan tujuan dan fungsinya, bimbinngan dan konseling diarahkan kepada terselenggaranya dan terpenuhinnya keperluan akan bantuan dalam hal pendataan, informasi dan orientasi, konsultasi, dan komunikasi kepada peserta didik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

6. Asas-Asas Bimbingan
a. Asas kerahsiaan
b. Asas kesukarelaan
c. Asas keterbukaan
d. Asas kekinian
e. Asas kemandirian
f. Asas kegiatan
g. Asas kedinamisan
h. Asas keterpaduan
i. Asas kenormatifan
j. Asas keahlian
k. Asas alih tangan
l. Asas tutwuri handayani

B. Kegiatan Bimbingan Konseling
1. Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling
Berdasarkan pada fungsi dan prinsip bimbingan, maka kerangka kerja layanan bimbingan dan konseling dikembangkan dalam suatu program bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam empat kegiatan utama, yaitu:


a. Layanan dasar bimbingan.
Layanan ini membantu siswa mengembangkan perilaku efektif dan ketermpilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta didik.
b. Layanan respontif.
Layanan ini membantu peserta didik memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif.
c. Layanan perencanaan individual.
Layanan ini membantu peserta didik membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir, dan sosial pribadinya.
d. Dukungan sistem
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan professional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf/ahli penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, peneliti dan program (Thomas Ellis, 1990).
Kegiatan utama ini dalam implementasinya didukung beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling, antara lain:
a. Layanan pengumpulan data
b. Layanan informasi
c. Layanan penempatan
d. Layanan konseling
e. Layanan referal
f. Layanan penilaian dan tindak lanjut
Sedangkan berkaitan dengan layanan ini, Prayitno (1997: 41) menyebutkan ada 9 jenis layanan bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Layanan orientasi
b. Layanan informasi
c. Layanan penempatan penyaluran
d. Layanan penguasaan konten
e. Layanan konseling individual
f. Layanan bimbingan individual
g. Layanan bimbingan kelompok
h. Layanan mediasi
i. Layanan konsultasi
Menurut Prayitno selain 9 jenis layanan tersebut ada enam kegiatan pendukung yang mendukung kegiatan tersebut, yaitu:
a. Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling
b. Himpunan data
c. Konfrensi kasus
d. Alih tangan kasus
e. Kunjungan rumah
f. Tampilan kepustakaan
2. Isi layanan bimbingan dan konseling
a. Isi layanan bimbingn pribadi-sosial berbasis kompetensi, yaitu:
1) Macam-macam kaidah agama
2) Pokok-pokok ajaran agama yang dianut
3) Praktik menjalankan agama
4) Contoh-contoh hubungan menurut ajaran agama
5) Praktik hubungan berdasarkan ajaran agama
6) Fakta perubahan fisik
7) Contoh-contoh sikap penerimaan terhadap perubahan fisik dan psikis
8) Konsep pola hidup sehat
9) Contoh-contoh pola hidup sehat
10) Cara-cara upaya mengembangkan kondisi hidup sehat
11) Praktik cara-cara mengupayakan mengembangkan kondisi hidup sehat
12) Contoh-contoh pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap hubungan sosial
13) Pengembangan pengaruh positif dan menghindari pengaruh negatif perubahan fisik dan psikis terhadap hubungan sosial
14) Konsep empati
15) Contoh-contoh peran pribadi dalam kelompok sebaya sebagai pria atau wanita
16) Contoh-contoh pada hubungan sosial dengan teman sebaya dalam perananya sebagai pria atau wanita
17) Contoh-contoh nilai dan cara berprilaku dalam kehidupan diluar kelompok sebaya
18) Contoh-contoh nilai dan cara berprilaku sosial dalam kehidupan di luar kelompok sebaya
19) Konsep kemampuan, bakat dan minat, dan aspirasi seni, identifikasi kemampuan, bakat, dan minat diri sendiri, identifikasi arah aspirasi seni tanpa terlalu terikat pada kemampuan, bakat, dan minat sendiri.
20) Contoh-contoh aspek sosial berkaitan dengan kemampuan bakat dan minat
21) Motivasi dan semangat untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang menjadi program sekolah, motivasi dan semangat untuk pelajaran pada tingkat yang lebih tinggi, motivasi dan semangat untuk arah karir uang cocok bagi dirinya, motivasi dan semangat untuk berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat
22) Contoh-contoh aspek sosial berbagai materi yang dipelajari di SMA
23) Konsep dan contih kehidupan mandiri secara emosional
24) Contoh-contoh aspek sosial dari gambaran kehidupan mandiri secara emosional
25) Konsep dan contoh-contoh sistematika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi
b. Isi layanan belajar
1) Contoh kegiatan ajaran agama
2) Pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar
3) Contoh pengaruh hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar
4) Contoh pengaruh nilai dan cara berperilaku pribadi dan sosial
5) Contoh pengaruh positif kemanpuan, bakat, dan minat sendiri terhadap kegiatan belajar
6) Motivasi, sikap, kebiasaan, dan keterampilan belajar didalam dan diluar kelas
7) Contoh pengaruh positif dari gambaran kehidupan mandiri secara emosional
8) Contoh pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi
c. Isi layanan bimbingan karir
1) Contoh-contoh pengembangan karir menurut agama
2) Contoh pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap pengembangan persiapan karir
3) Contoh kemanfaatan hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karir
4) Contoh keterkaitan antara nilai dan cara-cara bertingkah laku dalam kehidupan sosial yang lebih luas
5) Contoh pengaruh kemampuan, bakat, dan minat terhadap karir
6) Keterkaiatan pengetahuan dan keterampilan program SMA dengan karir-karir tertentu
7) Contoh kehidupan karir sesuai dengan gambaran tentang kehidupan mandiri sesuai dengan emosional, sosial, dan ekonomi
8) Contoh penerapan sistem etika dan nilai dalam pekerjaan dan pengembangan karir

C. Orientasi Ruang Lingkup Kerja Bimbingan
1. Orientasi bimbingan dan konseling
a. Orientasi perorangan
b. Orientasi perkembangan
c. Orientasi permasalahan
2. Ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
Sekolah sendiri memiliki lembaga formal yang didirikan secara khusus untuk menyelenggarakan pendidikan bagi semua masyarakat. Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus, hubungannya adalah keterkaitan antara bidang-bidang lainnya seperti kurikulum dan pengajaran.









BAB VII

Bimbinngan dan Konseling
Di Perguruan Tinggi

A. Bimbingan Di perguruan Tinggi
1. Alasan di perlukannya bimbingan di perguruan tinggi.
Mahasiswa yang baru menamatkan sekolah menengah atas akan menghadapi banyak tantangan saat memasuki perguruan tinggi. Belajar di perguruan tinggi banyak karakteristiknya yang berbeda dengan belajar di sekolah.
a. Aspek yang berkaitan dengan program bimbingan di perguruan tinggi adalah:
1) Dengan bersumber pada UUSPN, pasal 16, yang menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah, PP No. 30 Tahun 1990 tentang pendidikan.
2) Kebutuhan-kebutuhan yang dihayati terutama bersifat psikologis
3) Pola dasar bimbingan yang sebaiknya diikuti adalah generasi untuk sejumlah kegiatan bimbingan tertentu.
4) Komponen bimbingan yang di utamakan ialah pada layanan bimbingan yang diberikan.
5) Bentuk bimbingan yang di utamakan tergantung pada layanan bimbingan yang diberikan.
6) Tenaga-tenaga bimbingan yang dilibatkan dalam pelayanan bimbingan tergantung pada luasnya pelayanan bimbingan yang terdapat di perguruan tinggi tertentu.
2. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Bimbingan Mahasiswa
a. Pengertian
Bimbingan mahasiswa merupakan usaha membantu mahasiswa mengembangkan dirinya dan mengatasi problem-problem akademik, serta problem sosial-pribadi yang berpengaruh terhadap perkembangan akademik mereka.



b. Fungsi
Fungsi bimbingan mahasiswa:
1) Pengenalan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi, potensi, dan karakteristik.
2) Membantu menyesuaikan diri dengan kehidupan di perguruan tinggi.
3) Membantu mengatasi problem-problem akademik dan problem sosial-pribadi yang berpengaruh terhadap perkembangan akademik mahasiswa.
c. Tujuan
1) Mampu sendiri memilih program studi/pilihan mata kuliah yang sesuai dengan bakat, minat, dan cita-cita mereka.
2) Mampu menyelesaikan perkuliahan dan segala tuntuan perkuliahan tepat pada waktunya.
3) Memperoleh prestasi belajar yang sesuai dengan kemampuan mereka.
4) Mampu membina hubungan sosial dengan sesame mahasiswa dan dosen dengan baik.
5) Memiliki sikap dan kesiapan professional
6) Memiliki pandangan yang realistis tentang diri dan lingkungannya.
3. Pembimbing
a. Syarat-syarat pembimbing
1) Syarat kualitas kepribadian dan dedikasi
2) Syarat kualifikasi
b. Rasio pembimbing dengan mahasiswa
c. Tugas serta kewajiban tin bimbingan dan konseling serta dosen pembimbing akademik
1) Tim BK Universitas
2) Tim BK fakultas
3) Konselor jurusan
4) Dosen pembimbing akademik
4. Ruang lingkup bimbingan dan konseling
a. Bimbingan akademik.
b. Bimbingan pengembangan sikap dan tanggung jawab professional
c. Bimbingan penyesuaian sosial dan pribadi.

5. Prosedur bimbingan mahasiswa
a. Tahap-tahap bimbingan
b. Mekanisme layanan bimbingan
c. Teknik-teknik bimbingan

B. Konseling dalam Proses Belajar Mengajar yang Bermakna di Konsep serta Peran Bimbingan dan Perguruan Tinggi
1. Konsep serta peran bimbingan dan konseling dalam proses belajar mengajar yang bermakna
a. Penguasaan bahan pengajaran yang akan disajikan dalam proses belajar mengajar.
b. Penguasaan dan penghayataan landasan professional dosen.
c. Penguasaan dan pemanfaatan proses-proses yang diperlukan untuk menyajikan.
d. Penyesuaian international, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap kemampuan serta keadaan mahasiswa.
e. Kepribadian memperhatikan internalisasi sikap, perasaan, dan nilai-nilai yang diharapkan dari serang dosen.
2. Peranan bimbingan dakam kegiatan belajar mahasiswa
Perlakuan dosen yang dikemukakan merupakan salah satu unsure yang mempengaruhi kegiatan belajar mahasiswa. Unsur itu, yaitu tujuan, pribadi siswa, dan fasilitas.
3. Peran bimbingan dalam interaksi dosen mahasiswa dalam proses belajar mengajar
a. Menciptakan suasana kerja sama dan mempersatukan upaya di dalam kelas.
b. Membangun tolak ukur dan mengkoordinasikan prosedur kerja.
c. Memperbaiki suasana kelas dengan menggunakan cara penyelesaian masalah.
d. Mengubah atau memotivasi suasana dalam sistem kelas, untuk member kemudahan dalam proses belajar mengajar.

4. Peran bimbingan dalam interaksi manusiawi
a. Kebebasan untuk menjelajah (explore)
b. Waktu yang cukup untuk menjelajah
c. Pemanfaatan dan penerimaan terhadap jadwal yang salah
d. Tidak terlampau perduli terhadap kurun waktu belajar.

C. Alasan Masuk Perguruaan Tinggi
Hal-hal berikut yamng menjadi motivasi orang memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi (penelitian di AS)
1. Untuk kepuasan diri, artinya mahasiswa mencari identitas pribadi dan pemenuhan diri.
2. Untuk mengejar karir, artinya kebutuhan mahasiswa yang memandang pendidikan di perguruan tinggi.
3. Untuk menghindar, artinya mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi sebagai jalan untuk menghindar suatu hal (wajib militer keharusan bekerja atau kawin)














BAB VIII

PENUTUP


A. Kesimpulan
Sekolah berkewajiban member bimbingan dan konseling kepada peserta didik baik diSekolah Usia Dini, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, maupaun di Perguruan Tinggi.
Fungsi Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini yaitu pemahaman, pencegahan, perbaikan, serta pemeliharaan dan pengembangan.
Tugas pokok guru pembimbing perlu dijabarkan kedalam program kegiatan. Program itu perlu disusun dalam satuan-satuan layanan kegiatan yang nantinya akan merupakan wujud nyata pelayanan langsung bimbingan dan konseling.

B. Saran
Bimbingan dan konseling dapat membantu peserta didik dalam memecahkan permasalaha yang dihadapainya. Baik berupa tentang permasalahan pribadi, sosial, belajar maupun karir. Peran seorang konselor yaitu membantu pesrta didik dalam semua hal yang dibutuhkannya.
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling yaitu harus berorientasi pada semua peserta didik dan harus berorientasi kepada masalah yang dihadapi peserta didik.










DAFTAR PUSTAKA


Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sukardi, Dewaketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nurihsan, Juntika. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama
Nurihsyan, Achmad Juntika dan Akar Sudianto. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Ahmad, Abu & Rohani, Ahmad. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rabu, 22 Desember 2010

aspek perkembangan masa dewasa dini dan madya


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam perkembangan manusia terdapat beberapa masa perkembangan diantaranya adalah masa dewasa dini dan dewasa madya yang memiliki aspek perkembangannya masing-masing yaitu aspek perkembangan fisik, aspek perkembangan kognitif dan aspek perkembangan sosial-emosional. Aspek perkembangan ini yang menyertai seseorang didalam masa perkembangannya masing-masing.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan:
1.      Apa saja aspek perkembangan fisik dewasa awal dan madya?
2.      Apa saja Aspek Perkembangan Kognitif dewasa awal dan madya?
3.      Apa saja aspek perkembangan sosial-emosionl dewasa awal dan madya?
C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dan dirumuskan tujuan adalah:
1.      Agar mengetahui aspek perkembangan dewasa awal dan pertengahan
2.      Agar mengetahui aspek perkembangan kogniti dewasa awal dan madya
3.      Agar mengetahui perkembangan sosial-emosional  dewasa awal dan pertengahan.






BAB II
PEMBAHASAN
Aspek Perkembangan Dewasa Awal dan Pertengahan:
Fisik, Kognitif dan Sosial-Emosional
A.    Dewasa Awal (18-40 tahun)
1.      Aspek-aspek Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik (papalia dan Olds,2001). Pada pertumbuhan fisiknya dewasa awal sedang mengalami masa peralihan dari masa remaja ke masa tua. Pada masa ini seseorang tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa atau matang (maturity). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku. Pada masa ini ditandai dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi dan kemampuan reproduksi. Hal inilah yang menandai adanya transisi fisik.Secara nyata perubahan ciri-ciri fisik dewasa awal tidak dapat dilihat, karena merupakan kelanjutan dari perkembangan fisik pada remaja yang sangat pesat dan dapat dilihat secara nyata, tapi perkembangan fisik dewasa dianggap sebagai puncak perkembangan fisik. Karena dalam perkembangan fisik dewasa awal merasa kuat, maka kesehatan menjadi kurang diperhatikan dan dijaga. Memang hal ini kurang berpengaruh di masa dewasa awal, namun akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
a.       Kekuatan dan Energi
Pada masa dewasa awal, seseorang menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembangkan diri. Kehidupan karir seringkali menyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Biasanya pada masa ini, mereka merintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari orang tua.


b.      Ketekunan
Seseorang harus memiliki kemauan untuk bekerja keras yang disertai dengan ketekunan untuk dapat mencapai kemampuan dalam ekonomi. Seseorang pada umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerjaannya ketika mereka menemukan posisi kerja yang sesuai dengan minat, bakat dan latar belakang pendidikannya.
c.       Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah motivasi internal dimana biasanya orang yang memiliki motivasi internal berusaha keras tanpa dipengaruhi lingkungan eksternal sampai mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
d.      Kesehatan Dewasa Awal
Masa dewasa awal adalah masa dimana seseorang mencapai puncak kemampuan fisik dengan kondisi yang paling sehat. Namun pada masa ini kemampuan fisik individu juga mulai menurun. Kekuatan dan kesehatan otot mulai menunjukkan penurunan sekitar umur 30-an. Pada masa ini beberapa individu berhenti berpikir tentang bagaimana gaya hidup pribadi akan mempengaruhi kesehatan hidup mereka selanjutnya pada kehidupan dewasa. Dalam studi longitudinal, kesehatan fisik di usia 30 tahun dapat memprediksikan kepuasan hidup pada usia 70 tahun yang mana lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
Pada masa dewasa awal, sistem indera individu menunjukkan sedikit perubahan, tetapi lensa mata kehilangan elastisitasnya dan menjadi kurang mampu mengubah bentuk dan fokus pada benda-benda yang berjarak dekat. Kemampuan pendengaran mencapai puncak pada masa remaja dan tetap konstan pada permulaan dewasa awal, tetapi mulai mengalami penurunan pada akhir masa dewasa awal. Pada pertengahan sampai menjelang akhir 20-an, jaringan lemak tubuh bertambah. Kondisi kesehatan dewasa muda dapat ditingkatkan dengan mengurangi gaya hidup yang merusak kesehatan.
Menurut Hurlock, puncak efisiensi fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan dua puluhan, setelah itu terjadi penurunan lambat laun hingga awal usia empat puluhan. Oleh karena itu, pada masa dewasa muda lebih mampu menghadapi dan mengatasi masalah secara fisik sehingga penyesuaian fisik berjalan dengan baik. Pada masa ini individu sudah menyadari adanya kekurangan fisik pada dirinya namun juga menyadari bahwa ia tidak dapat menghapus kekurangannya tapi masih mampu untuk memperbaiki penampilan, hal ini menimbulkan minat yang menyangkut pada diet, olah raga dan aspek kecantikan. Minat akan penampilan ini akan berkurang menjelang usia tiga puluhan karena dirasa semakin kuatnya ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga.
2.      Aspek Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir dan bahasa. Pada masa dewasa perkembangan kognitif terjadi pada tahap operasional formal yang merupakan tahap terakhir perkembangan kognitif menurut Piaget. Tahap ini dimulai pada umur 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa, tahap perkembangan kognitif ini ditandai dengan diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis dan nilai.
3.      Aspek-aspek Perkembangan Sosial-emosional
a.       Bahaya Personal dan Sosial Pada Masa Dewasa Dini
Berbagai bahaya yang bersifat personal dan sosial pada masa dewasa dini berasal dari kegagalan untuk menguasai beberapa atau sebagian besar tugas perkembangan yang penting pada usia tersebut, yang mengakibatkan seorang individu tampak belum matang disbanding dengan orang dewasa muda lainnya. Hingga 30 tahlazimlah apabila pria maupun wanita kurang matang dalam beberapa aspek perilaku tertentu, tetapi pada saat yang sama kematangan dalam aspek perilaku lainnya tampak jelas. Secara bertahap, lewat prestasi dan harapan baru dari kelompok sosial, sikap ketidakmatangan yang menandai awal priode ini menghilang, digantikan oleh perkembangan yang lebih seimbang dan lebih matang.
Menguasai tugas-tugas pada masa perkembangan selalu sulit, dan kesulitan ini meningkat apabila ada rintangan yang menghambat perkembangan seseorang. Beberapa bahaya terhadap penyesuaian diri dan sosial yang sangat umum dan sering muncul selama tahun-tahun awal akil balik. Sementara semua orang dewasa tidak perlu mengalami semua bahaya ini, kebanyakan dari bahaya tersebut akan dialami pada suatu ketika oleh mayoritas orang dewasa muda.
b.      Minat sosial
Masa dewasa ini sebagaimana ditekankan oleh Erikson, merupakan masa “krisis keterpencilan”. Dalam masa ini pria dan wanita sering merasa kesepian. Pria muda yang belum menikahsering tidak tau apa yang harus dikerjakan pada waktu-waktu luang. Seperti halnyawanita dewasa yang belum menikah, mereka merasa kesepian karena temateman lama sudah berpencar dan banyak diantaranya yang sudah sibuk dengan urusan keluarga, aau sibuk berpacaran. Akibatnya mereka kehilangan pergaulan yang menyenangkan masa remaja ketika selalu ada teman untuk diajak berbincang-bincang atau melakukan keiatan bersama lainnya.
Dari sekian banyak pergeseran di bidang minat dan kegiatan sosial, dibawah ini dicantumkan pergeseran atau perubahan yang paling sulit dan paling banyak ditemui. Suatu perbandingan terhadap pola-pola minat sosial masa remaja dan dewasa menunjukkanbahwa terdapat perubahan atau pergeseran yang radikal.
1)      Perubahan dalam peran serta sosial
Keterlibatan dalam kegiatan sosial yang dirasakan begitu penting sewaktu remaja karena nilai prestasinya, terpaksa dikurangi pada masa dewasa dini. kehidupan sosial mereka umumnya dipusatkan di rumah dan anggota-anggota keluarga menggantikan peran teman. Karena pola kehidupan tidak sama bagi semua orang muda, maka volume maupun bentuk peran serta sosial juga bevariasi. Pada umumnya, peranserta dalam kegiatan sosial di luar meningkat setelah menjelang usia setengahbaya yaitu dari pertengahan sampai masa akhir usia 30-an. Selain itu pola peranserta sosial bagi yang sudah menikah berbeda daripada bagi yang belum menikah.  
2)      Perubahan dalam persahabatan
Keinginan  untuk populer dan mempunyai banyak teman mulai memudar pada awal masa dewasa, terutama pada suami-isteri muda dengan kesibukan mereka yang berorientasi pada tugas dan tanggungjawab yang keluarga. Mereka yang belum menikah juga lebih selektif dalam memilih teman disbanding dengan anak-anak remaja yang tidak memilih-milih teman. Oleh sebab itu orang dewasa tidak banyak temannya, tetapi hubungan mereka lebih akrab. Sebagaimana helnya pada setiap tahap usia, orang dewasa juga memilih teman-teman mereka berdasarkan kecocokan.
3)      Perubahan dalam kelompok sosial
Keakraban antar teman yang ada pada masa remaja akan berlanjut kemasa dewasa. Orang dewasa muda pada umumya mempunyai kelompok teman akrab atau teman yang dapat dipercaya yang jumlahnya kecil saja. Biasanya mereka itu adalah teman-teman lama, kecuali kalau keadaan telah berubah begitu banyak sehingga mereka tidak lagi cocok dengan teman-teman lama.

B.     Dewasa Madya (40-60 tahun)
1.      Aspek-aspek Perkembangan Fisik
a.       Rusaknya fungsi organ seksual
Setelah usia 50 tahun,  terjadi penurunan berangsur-angsur pada aktivitas gonad, walaupun pada usia 70 tahun dan 80 tahun pria masih bisa membuahi istrinya.
b.      Nafsu seksual menurun
Menurunnya nafsu seksual seiring dengan menurunnya fungsi organ seksual. Ini merupakan akibat dari rusaknya fungsi gonad dan sebagian disebabkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis, misalnya hubungan perkawian atau pkerjaan yang tidak serasi, kekhawatiran tentang masalah ekonomi atau rumah tangga.
c.       Penampilan kelelakian menurun
Dengan menurunnya aktivitas gonad, pria kehilangan ciri kelelakiannya dan menampilkan beberapa cirri yag bersifat kewanitaan, misalnya intonasi suaramenjadi lebih tinggi, rambut di kepala dan ditubuh berkurang, tubuh  menjadi lebih gemuk sedikit, terutama pada paha dan perut.
d.      Gelisah akan kepriaannya
Laki-laki yang penampilan dan tingkah lakunya kurang maskulin akan lebih memperhatikan kejantanannya. Keadaan ini sering mengarah keinpoten.
e.       Ketidaknyamanan fisik
Banyak pria usia madya mengeluh karena mengalami depresi, gelisah, lekas marah, sensasi yang sungguh menggelikan, kepala pusing, insomnia, gangguan pencernaan, ketegangan, rasa tidak menentu secara tiba-tiba letih dan masih banyak penyakit kecil-kecilan. Beberapa kondisi ini memang nyata namun beberapa lainnya hanyalah khayalan.   
f.       Menurunnya Kekuatan dan daya tahan tubuh
Kemunduran ini sebagian disebabkan kesehatan yang buruk dan sebagian lagi dari difesiensi gonad. karena nilai sosial yang tinggi yang ditaruh pad daya tahan tubuh dan kesehatan, pria pada umumnya merasa bahwa mereka telah kehilangan keperkasaan apabila kesehatan dan daya tahan tubuhnya mulai menurun.
2.      Aspek Perkembangan Kognitif
Perkembagan Kognitif adalah Perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir dan bahasa. Pada masa dewasa perkembangan kognitif terjadi pada tahap operasional formal yang merupakan tahap terakhir perkembangan kognitif menurut Piaget. Tahap ini dimulai pada umur 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa, tahap perkembangan kognitif ini ditandai dengan diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis dan nilai.


3.      Aspek Perkembangan Sosial-Emosional
Penyesuaian sosial pada setiap tahap usia ditentukan oleh dua faktor. Pertama adalah sejauh mana seseorang dapat memainkan peran sosial secara tepat sesuai dengan apa yang diharapkannya. Kedua ia memainkan salah satu peran penting dalam mengembangka tugas seseorang selama usia madya adalah untuk mencapai tanggung jawab sebagai warga Negara dan tanggung jawab sosial.
a.       Bahaya personal
Ada beberapa bahaya personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru. Dari itu semua, ada enam macam yang dianggap umum dan serius.
1)      Diterimanya kepercayaan tradisional
Diterimanya kepercayaan tradisional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjad seiring dengna bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami menopause misalnya, seiring disebut sebagai “masa krisis” (critical period), kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak menentu, seperti dikatakan oleh parker.
2)      Idealisasi anak muda
Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang pengelompokan usia dalam pola perilaku umum. Seorang pria mungkin akan menolak untuk patuh mengikuti rese dokter tentang diet atau akaa menolak untuk membatasi kegiatan walaupun dengan alasan dengan kesehatan. Seperti anak yang menjelang usia akil baliq, mereka juga tidak mau dibatasi perilakunya. Begitu juga orang yang berusia madya, mereka juga tidak mau dibatasi perilaku dan perilakunya, tetapi masing-masing dari contoh tersebut mempunyai alasan yang berbeda. Sikap pemberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi yang seperti ini menyebabkan mereka yang berusia madya menderita biasa atau lebih serius.

3)      Perubahan peran
Merubah peran bukanlah masalah yang mudah, terutama setelah seseorang telah memainkan peran tertentu selama periode waktu yang relatif lama dan telah belajar memperoleh kepuasan dari peran tersebut. Lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa terlalu berhasil dalam suatu peran nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan sehingga proses penyesuaian terhadap peran lain akan menjadi sulit.
4)      Perubahan keinginan dan minat
Bahaya besar dalam penyesuaian diri seseorang pada masa usia madya timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tigkat kesehatan fisik. Mereka mau tidak mau harus mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai pengganti keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga dapat membebaskannya dari perasaan tertekan dan tidak enak karena kehilangan keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan mereka akan merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan waktu yang begitu banyak. Seperti seorang dewasa yang menjadi bosan pada waktu mereka harus mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk mengisi waktu yang begitu banyak.
5)      Simbol status
Pada umumnya wanita semakin tua semakin tertarik pada simbol status seperti yang telah dibahas pada awal dari bab ini, yang dianggap sebagai ciri-ciri umum, yang dapat membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial, apabila keluarga tidak berusaha untuk mencapai atau memiliki symbol yang diinginkan. Dalam kasus seperti ini, ada tiga reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat membutuhkan simbol tersebut. Pertama, dia akan mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak dapat menyedakan cukup uang untuk memperoleh status tersebut. Kedua, dia akan bersikap boros dan menjerumuskan keluarganya dengan melakukan utang. Ketiga, dia bisa juga berbuat sesuatu dengan bekerja misalnya agar mempunyai cukup uang demi mencukupi kebutuhannya. Semua pola respon tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan seseorang untuk memperoleh simbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulakn percekcokan dengan keluarga, terutama perilaku yang ketiga tadi yang menjadikan banyak pria menjawab dan bersikap tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak mungkin ia peroleh.  
6)      Aspirasi yang tidak realistis
Orang berusia madya yang mepunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan sosial, apabila kelak ia menyadari bahwa ia tidak bisa mencapai tujuan tersebut. Sikap tidak realistis ini sering merupakan faktor bawaan sejak masa remaja. Bahaya ini merupakan efek langsung bagi pria, sedang bagi wanita merupakan efek tidak langsung apabila suaminya atau tidak mampu untuk mencapai cit-cita yang diinginkan.
7)      Perubahan kepribadian
Sehubungan dengan hilangnya keperkasaan menyebabkan sejumlah orang usia madya berperilaku hamper sama dengan orang berusia muda yang sedang menunjukkan kejantanannya. periode ini bisa menjadi periode yang berbahaya bagi pria-pria, dimana ia masih mempunyai istri namun terlibat juga dalam urusan cinta dengan perempuan lain.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa disetiap masa perkembangan terdapat aspek-aspek perkembangan yang mengiringinya yaitu aspek perkembangan fisik, adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik aspek perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir dan bahasa serta aspek perkembangan sosial-emosional yang terjadi pada masa dewasa yaitu dewasa awal dan dewasa pertengahan.














Daftar  Pustaka
Hurluck B. Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
http://www.google.co.id/m?q=aspek%20perkembangan%20dewasa